Perdagangan dunia maya alias e-commerce punya masa depan di Indonesia. Namun, hambatan terbesar sejak satu dekade lalu tetap sama yaitu kepercayaan pembeli maupun penjual.
Hal ini dinyatakan Daniel Tumiwa, Country Manager Multiply Indonesia saat mengisi salah satu sesi seminar "innovation and Creativity" di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa (17/7). Perdagangan melalui Internet belum efektif, akibatnya kepercayaan kurang cepat tumbuh. "Di Indonesia setelah orang pesan barang, tidak ada jaminan barang nyampe. Bisa dibilang budayanya masih click and pray, berdoa aja ga ada masalah," ujar dia.
Padahal berdasarkan data Kementerian Usaha Kecil Menengah tahun lalu bisnis informal menghasilkan USD 400 miliar atau 55,5 persen Produk Domestik Bruto. Itu pun bisnis online baru menyumbang di kisaran Rp 400 juta.
Masalah lain adalah selama ini perdagangan di dunia maya dilakukan tidak pada tempatnya. "Pebisnis online di sini lima tahun terakhir asal nabrak tempat yang ada mulai dari forum internet, blog, sosial media, atau BBM," kata Daniel. Kerugian utama model usaha seperti itu adalah tidak ada pebisnis online yang bisa membangun merek dagang ketika usaha mereka membesar.
Itu sebabnya Multiply sejak 1,5 tahun terakhir mengubah fungsi jejaring sosial menjadi situs belanja lantaran ada peluang mengubah kondisi perdagangan Internet di Indonesia.
Masa depan situs belanja cerah, menurut Daniel, asalkan ada keinginan untuk menjamin pembeli dan penjual misalnya melatih mereka untuk membangun merek dagang serta ada layanan ganti rugi. "Di Indonesia bisnis online masih transaksi kecil, tapi asal situs menyediakan layanan yg memberdayakan pengguna, maka bisnis ini akan berkembang," kata dia yakin.
Hargai penulis dengan cara memberikan komentar di artikel ini ya sobat.
Dan berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan.
"Jangan Menggunakan Link Aktif di Komentar" (akan dihapus)
Untuk menyisipkan gambar dalam komentar : <i rel="image">URL GAMBAR</i>