Peneliti Inggris mengklaim kemampuan matematika siswa yang otaknya dialiri listrik meningkat lima ka
Matematika tidak selalu membuat banyak orang tersenyum. Jika, Anda termasuk orang yang puyeng menghitung tagihan di restoran, mungkin temuan peneliti Oxford, Inggris, ini dapat memberi Anda harapan baru.
Dalam jurnal Current Biology, baru-baru ini, peneliti menunjukkan cara untuk memacu kemampuan matematika. Yakni, menggunakan arus listrik untuk meningkatkan kemampuan mengingat angka dan menghitung. Cara ini diklaim dapat meningkatkan kemampuan matematika hingga 28 persen, seperti dilaporkan Telegraph, Kamis pekan silam.
"Studi ini menunjukkan cara yang aman dan murah agar kita dapat memasyarakatkan matematika dengan intervensi terbatas," kata Dr Cohen Kadosh Roi, peneliti utama Departemen Psikologi Eksperimental Universitas Oxford.
Para peneliti percaya bahwa merangsang otak dengan listrik ini dapat membantu orang-orang yang berjuang mengatasi aritmatika. Apalagi, sekitar seperlima penduduk diperkirakan kewalahan mengerjakan aritmatika. Sementara, satu dari 20 orang menderita dyscalculia—tidak bisa menghitung--ketidakmampuan belajar yang mirip dengan disleksia.
"Kami merangsang bagian otak yang berhubungan dengan matematika, karena kemampuan berhitung yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang," ujar Dr Cohen Kadosh.
Dr Cohen Kadosh yang juga ahli saraf kognitif berharap mampu mengembangkan perangkat yang dapat digunakan untuk membantu siswa di kelas dan orang tua.
Untuk itu, peneliti melakukan uji coba terhadap 51 siswa. Mereka diminta belajar penjumlahan dan mengingat angka, seperti tabel perkalian. Setelah lima sesi selama 45 menit, sebanyak 25 peserta diberikan stimulasi listrik di otak selama 20 menit.
Separuh siswa itu diberi arus listrik, yang dikenal sebagai transkranial stimulasi suara acak--sebuah teknik untuk mengirimkan arus kecil ke otak—ketika menyelesaikan tugas matematika. Arus listrik itu diaplikasikan dengan melampirkan dua elektroda pada kulit kepala mereka.
Studi menemukan, kemampuan berhitung siswa yang diberi listrik menunjukkan perbaikan setelah lima hari. Mereka yang disetrum ketika belajar berhitung dan mengingat angka, menunjukkan hasil yang jauh lebih baik daripada mereka yang tidak. Para peserta yang disetrum lebih cepat menghitung dan belajar hingga lima kali lipat, kata peneliti.
Enam bulan kemudian, setengah siswa ini kembali diuji coba. Ternyata, peningkatan kemampuan berhitung mereka tidak berkurang alias masih sama seperti setelah dialiri listrik.
Tidak Sakit
Para ilmuwan menunjukkan mereka dapat meningkatkan kemampuan orang untuk menyelesaikan aritmatika selama enam bulan dengan memberikan kursus singkat stimulasi listrik yang tidak berbahaya di kulit kepala.
Menurut Dr Cohen Kadosh, metode ini tidak menimbulkan rasa sakit. Daya listrik yang dialiri setara dengan energi dari baterai AA. Terapi juga hanya berlangsung 20 menit sehari.
"Jumlah listrik yang kita gunakan sangat kecil dan benar-benar tidak menyakitkan. Kebanyakan orang yang melakan itu bahkan tidak merasakan ketika perangkat itu sedang bekerja,” kata dia.
Namun, dalam lima hari, kemampuan aritmatika para peserta yang disetrum meningkat. Para siswa ini mendapatkan hasil yang lebih baik 28 persen dalam memecahkan perhitungan, daripada partisipan yang tidak mendapat pasokan listrik.
Peningkatan, yang membuat mereka lebih cepat dalam penjumlahan dan tugas-tugas matematika lain, tak beranjak selama enam bulan setelah menerima perawatan dengan arus listrik.
Dr Cohen Kadosh mengatakan, alat ini hadir untuk meningkatkan kemampuan neuron untuk memproses informasi dengan lebih efisien.
"Kami berharap suatu hari teknik ini akan digunakan di klinik, ruang kelas, dan bahkan di rumah untuk membantu mereka yang berjuang dengan tugas-tugas kognitif tertentu,” kata dia.
Dr Cohen Kadosh juga berharap metode ini dapat menstimulasi otak dalam pelajaran yang menggunakan permainan. Terutama, “untuk membantu anak yang tertinggal di kelas atau untuk membantu pasien usia lanjut.”
Menggunakan pencitraan inframerah, para ilmuwan juga menemukan bahwa mereka yang dialiri listrik memiliki pasokan oksigen dan nutrisi di otak yang lebih baik, daripada mereka yang tidak.
Dr Cohen Kadosh mengatakan hasil terbaik dicapai dengan menerapkan arus listrik yang kecil dan cepat yang menciptakan semacam "keributan" di otak. Stimulasi listrik bekerja dengan meningkatkan aktivitas neuron di otak, membantu saraf seperti melatih otot agar lebih kuat dan lentur.
Sejalan dengan waktu, cara ini membantu untuk meningkatkan efisiensi neuron sehingga para sisiwa dapat melakukan tugas-tugas dengan lebih mudah.
"Data kami menunjukkan bahwa kita dapat mempengaruhi aspek molekuler neuron yang mungkin menjelaskan mengapa ini mempengaruhi dalam waktu lama."
Meski begitu, Dr Cohen Kadosh memperingatkan, bagaimanapun, cara ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Orang yang kesulitan berhitung, misalnya, sebaiknya tidak berusaha menerapkan stimulasi listrik sendiri, karena hanya bakal memetik kerugian daripada manfaat.
Apalagi, penelitian ini masih dalam skala kecil sehingga perlu studi lanjutan untuk menguji dampak panjangnya.
Dalam jurnal Current Biology, baru-baru ini, peneliti menunjukkan cara untuk memacu kemampuan matematika. Yakni, menggunakan arus listrik untuk meningkatkan kemampuan mengingat angka dan menghitung. Cara ini diklaim dapat meningkatkan kemampuan matematika hingga 28 persen, seperti dilaporkan Telegraph, Kamis pekan silam.
"Studi ini menunjukkan cara yang aman dan murah agar kita dapat memasyarakatkan matematika dengan intervensi terbatas," kata Dr Cohen Kadosh Roi, peneliti utama Departemen Psikologi Eksperimental Universitas Oxford.
Para peneliti percaya bahwa merangsang otak dengan listrik ini dapat membantu orang-orang yang berjuang mengatasi aritmatika. Apalagi, sekitar seperlima penduduk diperkirakan kewalahan mengerjakan aritmatika. Sementara, satu dari 20 orang menderita dyscalculia—tidak bisa menghitung--ketidakmampuan belajar yang mirip dengan disleksia.
"Kami merangsang bagian otak yang berhubungan dengan matematika, karena kemampuan berhitung yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang," ujar Dr Cohen Kadosh.
Dr Cohen Kadosh yang juga ahli saraf kognitif berharap mampu mengembangkan perangkat yang dapat digunakan untuk membantu siswa di kelas dan orang tua.
Untuk itu, peneliti melakukan uji coba terhadap 51 siswa. Mereka diminta belajar penjumlahan dan mengingat angka, seperti tabel perkalian. Setelah lima sesi selama 45 menit, sebanyak 25 peserta diberikan stimulasi listrik di otak selama 20 menit.
Separuh siswa itu diberi arus listrik, yang dikenal sebagai transkranial stimulasi suara acak--sebuah teknik untuk mengirimkan arus kecil ke otak—ketika menyelesaikan tugas matematika. Arus listrik itu diaplikasikan dengan melampirkan dua elektroda pada kulit kepala mereka.
Studi menemukan, kemampuan berhitung siswa yang diberi listrik menunjukkan perbaikan setelah lima hari. Mereka yang disetrum ketika belajar berhitung dan mengingat angka, menunjukkan hasil yang jauh lebih baik daripada mereka yang tidak. Para peserta yang disetrum lebih cepat menghitung dan belajar hingga lima kali lipat, kata peneliti.
Enam bulan kemudian, setengah siswa ini kembali diuji coba. Ternyata, peningkatan kemampuan berhitung mereka tidak berkurang alias masih sama seperti setelah dialiri listrik.
Tidak Sakit
Para ilmuwan menunjukkan mereka dapat meningkatkan kemampuan orang untuk menyelesaikan aritmatika selama enam bulan dengan memberikan kursus singkat stimulasi listrik yang tidak berbahaya di kulit kepala.
Menurut Dr Cohen Kadosh, metode ini tidak menimbulkan rasa sakit. Daya listrik yang dialiri setara dengan energi dari baterai AA. Terapi juga hanya berlangsung 20 menit sehari.
"Jumlah listrik yang kita gunakan sangat kecil dan benar-benar tidak menyakitkan. Kebanyakan orang yang melakan itu bahkan tidak merasakan ketika perangkat itu sedang bekerja,” kata dia.
Namun, dalam lima hari, kemampuan aritmatika para peserta yang disetrum meningkat. Para siswa ini mendapatkan hasil yang lebih baik 28 persen dalam memecahkan perhitungan, daripada partisipan yang tidak mendapat pasokan listrik.
Peningkatan, yang membuat mereka lebih cepat dalam penjumlahan dan tugas-tugas matematika lain, tak beranjak selama enam bulan setelah menerima perawatan dengan arus listrik.
Dr Cohen Kadosh mengatakan, alat ini hadir untuk meningkatkan kemampuan neuron untuk memproses informasi dengan lebih efisien.
"Kami berharap suatu hari teknik ini akan digunakan di klinik, ruang kelas, dan bahkan di rumah untuk membantu mereka yang berjuang dengan tugas-tugas kognitif tertentu,” kata dia.
Dr Cohen Kadosh juga berharap metode ini dapat menstimulasi otak dalam pelajaran yang menggunakan permainan. Terutama, “untuk membantu anak yang tertinggal di kelas atau untuk membantu pasien usia lanjut.”
Menggunakan pencitraan inframerah, para ilmuwan juga menemukan bahwa mereka yang dialiri listrik memiliki pasokan oksigen dan nutrisi di otak yang lebih baik, daripada mereka yang tidak.
Dr Cohen Kadosh mengatakan hasil terbaik dicapai dengan menerapkan arus listrik yang kecil dan cepat yang menciptakan semacam "keributan" di otak. Stimulasi listrik bekerja dengan meningkatkan aktivitas neuron di otak, membantu saraf seperti melatih otot agar lebih kuat dan lentur.
Sejalan dengan waktu, cara ini membantu untuk meningkatkan efisiensi neuron sehingga para sisiwa dapat melakukan tugas-tugas dengan lebih mudah.
"Data kami menunjukkan bahwa kita dapat mempengaruhi aspek molekuler neuron yang mungkin menjelaskan mengapa ini mempengaruhi dalam waktu lama."
Meski begitu, Dr Cohen Kadosh memperingatkan, bagaimanapun, cara ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Orang yang kesulitan berhitung, misalnya, sebaiknya tidak berusaha menerapkan stimulasi listrik sendiri, karena hanya bakal memetik kerugian daripada manfaat.
Apalagi, penelitian ini masih dalam skala kecil sehingga perlu studi lanjutan untuk menguji dampak panjangnya.
Hargai penulis dengan cara memberikan komentar di artikel ini ya sobat.
Dan berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan.
"Jangan Menggunakan Link Aktif di Komentar" (akan dihapus)
Untuk menyisipkan gambar dalam komentar : <i rel="image">URL GAMBAR</i>